Selasa, 15 April 2014

Ujian Nasional 2014 : Lansia Ikut UN, Semangat yang Harus Diteladani

iBerita.com — Ujian Nasional 2014 : Lansia Ikut UN, Semangat yang Harus Diteladani. Jika usia tidak berpengaruh terhadap semangat mengejar keinginan, mungkin inilah yang terjadi pada sejumlah kakek di Depok.  Sejumlah pria lanjut usia (lansia) di Kota Depok, Jawa Barat mengikuti Ujian Nasional (UN) Paket C untuk dapat memperoleh ijazah setingkat SMA. Salah satunya M Sulton Suprianto yang berusia 60 tahun.
Guru Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Al-hidayah Bojongsari Depok, Amir Suryansah mengatakan, “Mereka tetap semangat belajar walaupun usianya sudah tidak muda lagi,” ketika ditemui di SDN Anyelir 1 Depok, Senin 14 April 2014.
Ternyata kakek Sulton tidak sendirian. Bersamanya terdapat juga peserta lain, ada Hadi Suarno yang telah berusia 54 tahun dan Lukmanul Hakim 44 tahun yang mengikuti ujian, dari ratusan peserta Paket C.
Sebagai pengajar, Amir mengaku telah memberikan bekal pelajaran pada siswanya meski sudah lanjut usia agar tetap dapat mengerjakan soal-soal ujian nasional, “Memang agak sulit ngajarin mereka karena usianya yang sudah tidak muda lagi,” katanya. Akan tetapi, lanjut Amir, mereka tetap semangat untuk mendapatkan ijazah setingkat SMA tersebut.
Hadi Suarno yang lahir pada 13 Mei 1960 ini bertekad untuk mendapatkan ijazah SMA demi memperbaiki nasibnya. Ia berharap jika telah mendapatkan ijazah SAM tersebut dapat lebih baik dalam bekerja. Saat mengerjakan soal UN, hadi mengaku mengalami kesulitan menjawab soal lantaran harus membulatkan lembar jawaban komputer (LJK), “Sulit jawabnya ketika harus bulet-buletin.”
UN untuk paket C di Depok digelar di 2 tempat yaitu di SDN Anyelir I dan Yayasan Al Muhajirin. Dari total peserta yang terdaftar sebanyak 1.447 orang, ternyata tidak seluruh peserta datang. “Memang ada perbedaan pelaksanaan Ujian Nasional Paket C. Mereka diberi kelonggaran untuk waktunya,” kata Kabid Pendidikan Formal Informal Dinas Pendidikan Kota Depok, Khaerudin.
Khaerudin juga mengatakan di SD Anyelir 1 ada 300 peserta yang ikut UN. Mereka usianya antara 19 tahun sampai dengan 60 tahun. Syarat dan ketentuan yang diterapkan tak jauh berbeda dengan UN pelajar SMA pada umumnya.

Wow, Beredar Kunci Jawaban Ujian Nasional Cocok dengan Paket Soal...!!!

TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Indikasi adanya kecurangan tercium dalam pelaksanaan hari pertama Ujian Nasional (UN) tingkat SMA/SMK sederajat yang digelar Senin (14/4/2014).

Berdasarkan informasi yang diperoleh Tribun Bali(Tribunnews.com Network), beredar kunci jawaban UN yang diyakini oleh peserta UN klop dengan jenis paket soal UN. Kunci jawaban yang beredar, sejauh yang terpantauTribun Bali, adalah untuk soal Bahasa Indonesia dan Biologi. Untuk diketahui, paket soal UN bervariasi, dan ada sebanyak 20 jenis.

UN hari pertama kemarin mengujikan mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Biologi (untuk Program IPA), Bahasa Indonesia dan Geografi (untuk Program IPS), serta Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia (untuk Program Bahasa).

Kunci jawaban itu beredar dalam bentuk lembaran kertas dan file gambar via handphone (HP). Bisa beredar via HP, karena ada sekolah yang cukup longgar pengawasannya, yakni HP yang dibawa masuk kelas oleh peserta UN ternyata tidak disita atau dikumpulkan di suatu tempat.

"Saya dapat kunci jawaban mulai tadi pagi (kemarin pagi) sebelum UN dimulai," kata sumber Tribun Bali, seorang siswa di sebuah SMA negeri favorit di Bali, Senin (14/4/2014) usai mengikuti UN. Dia mendapatkan kunci jawaban ini dari temannya sesama kelas tiga.

Awalnya, dia ragu menggunakan kunci jawaban itu. Namun setelah dilihat dan dicocokkan, dia menjadi yakin bahwa kunci jawaban itu benar adanya.
"Akhirnya saya pakai kunci jawaban itu, semua jawabannya saya pakai. Teman-teman yang lain juga memakainya," jelasnya.

Siswa ini kemudian menjelaskan secara detail bagaimana sampai dia meyakini kunci jawaban yang beredar. Di kunci jawaban tercantum kode-kode untuk setiap paket soal. Disebutkan, ada kode (G.01), yang berarti kunci jawaban untuk paket soal 1. Kunci jawaban yang beredar adalah lengkap untuk 20 jenis paket soal UN, yakni kode (G.01) hingga (G.20). Kode (G.20) berarti paket soal 20.

Untuk memastikan kecocokan kunci jawaban dengan jenis paket soal, di masing-masing dari 20 macam kunci jawaban (baik berupa lembaran kertas maupun file gambar di HP) dicuplikkan kutipan soal.

Misalnya, untuk kunci jawaban dengan kode (G.01) tercantum cuplikan kalimat dalam soal nomor 1 yang berbunyi “pengembangan tanaman pangan” dan soal nomor 2 “diantara eubacteria”.

Kemudian, untuk kunci jawaban dengan kode (G.02) terdapat cuplikan kalimat dalam soal nomor 1 “dampak negatif radiasi kebocoran” dan soal nomor 2 “bakteri laktubasilus casel dapat”.

Peserta UN tinggal melihat, apakah di lembaran soal UN yang dikerjakannya ada cuplikan soal yang cocok dengan yang tercantum di kunci jawaban.

"Cuplikan kalimat soal di kunci jawaban ternyata sama dengan kalimat yang ada di soal yang asli. Dari situ saya yakin bahwa kunci jawaban yang saya pegang tidak bohong," kata sumber itu.

Selain itu, ia menilai, jawaban-jawaban yang tertera di kunci jawaban yang beredar juga masuk akal.

"Misal, untuk satu soal tertentu, menurut saya yang paling benar adalah jawaban A, ternyata di kunci jawaban juga A," terangnya.

Bawa HP

Apakah tidak dicurigai guru pengawas saat melihat kunci jawaban, termasuk via ponsel?
"Tadi sudah tahu kalau ada juga yang masih bawa HP ke kelas, tapi juga tidak apa-apa," kata siswa itu.

Bahkan saat siswa di kelasnya agak gaduh karena adanya kunci jawaban itu, menurut dia, guru pengawas hanya berujar "tidak ribut ya”tanpa si pengawas itu bergerak menertibkan kemungkinan adanya contekan atau kecurangan.

Sementara itu, pantauan Tribun Bali di Denpasar juga menunjukkan bahwa kelonggaran membawa HP juga terjadi di sebuah sekolah. Sekitar pukul 12.25 Wita, seorang siswa terlihat keluar dari ruang ujian, dan bersiap hendak pulang.

"Ya, sudah mau habis waktunya. Teman-teman juga sebentar lagi akan selesai," ujar siswa itu kepada Tribun Bali.

Saat ditanya apakah kawan-kawannya dalam satu kelas saling bekerja sama, ia hanya tertawa lalu berkata, "Begitulah pokoknya. Ya.. seperti biasa yang terjadi di ujian-ujian yang lain selama ini."

Siswa lainnya yang tidak mau disebut namanya mengaku, para pengawas tidak ada yang memberikan kunci jawaban, hanya saja mereka tidak begitu ketat saat mengawasi.

"Sebenarnya meskipun menggunakan sistem barcode, itu tidak menjadi masalah bagi kami. Walaupun jenis soalnya ada 20, sesungguhnya sama saja antara satu soal dengan yang lain. Bedanya sedikit-sedikit saja. Jadi, kami bisa bekerja sama dengan peserta di kelas lain. Kami saling menyebar jawaban dan menerima saja semua yang dikirimkan kawan-kawan. Nah, setelah kami memiliki beberapa jenis kunci jawaban, tinggal mencocokkan saja mana yang kira-kira sesuai dengan soal kita," jelasnya.

"Tapi perlu diingat, kami tidak memakai kunci jawaban itu mentah-mentah. Saya kerjakan dulu soalnya, kunci jawaban itu hanya untuk mencocokkan saja. Siapa tahu ada soal yang saya tidak tahu atau kurang teliti jawabnya. Sebenarnya sih tidak boleh bawa HP, tapi ya bagaimana lagi," ucapnya.

Bahasa Terjemahan